Menurut
Sternberg (2008) memori sebagai cara-cara yang dengannya kita mempertahankan
dan menarik pengalaman-pengalaman dari masa lalu untuk digunakan saat ini.
Memory
adalah kemampuan yang dimiliki individu untuk menyimpan, mempertahankan, serta
mengambil kembali informasi dan pengalaman. Warrington dan Weiskrantz (1970)
menemukan bahwa individu dengan amnesia bahkan mampu “mengingat” informasi jika
mereka tidak secara langsung ditanya mengenai hal tersebut. Mengukur memori eksplicit seperti recall dan recognition, merekfleksikan
mengingat secara sadar dan seringkali sulit untuk dilakukan oleh penderita
amnesia. Memori implicit menunjukkan
akses tak langsung pada pengalaman masa lalu atau informasi dan seringkali
dihindari pada penderita amnesia. Individu dengan keterbatasan motorik juga
memperlihatkan disosiasi.
Terdapat setidaknya 2
perbedaan kualitatif dari sistem memory.
Eksplicit memory yang berada dalam
kontrol kesadaran dan implicit memory
berada dalam ketidaksadaran. Variabel yang mempengaruhi satu sistem memory hingga berbeda dengan lainnya,
disosiasi, sangatlah menarik karena itu menggunakan sistem memory yang berbeda. Dalam percobaan ini, kita akan melihat
disosiasi muncul dalam 2 fenomena yang berbeda : picture superiority effect dan encoding
specificity effect.
Picture superiority effect memperlihatkan bahwa gambar dapat menyimpan kenangan
lebih baik dari pada kata-kata. Sedangkan encoding
specificity effect memperlihatkan bahwa suatu konteks yang biasanya
dikodekan oleh seseorang mempengaruhi seberapa besar kemungkinan kesuksesan
mereka dalam memanggil kembali informasi tersebut.
Eksplicit memory, pengukuran dari top down
dari memory, seperti recall dan recognition telah digunakan untuk mendemonstrasikan 2 efek ini. Eksplicit memory dan top down processing menggunakan concept driven, yaitu individu harus
mencerna memory untuk konsep yang
mereka ingin ingat. Ketika data driven,
tugas bottom up processing, seperti
melengkapi gambar, akan diberikan tanda-tanda seperti kata atau potongan gambar
dan memory untuk hal-hal yang
sebenarnya diukur dengan cara seberapa baik partisipan melengkapi gambar yang
ada.
Weldon dan Roediger (1987)
menyatakan bahwa disosiasi antara eksplicit
dan implicit memory muncul karena
disebabkan oleh encoding specificity.
Dalam implicit memory, gambar-gambar
yang ditampilkan mampu diingat dengan baik dibandingkan dengan kata yang menjadi
namanya (the picture superiority effect)
tetapi hanya ketika konteks encoding
sesuai dengan konteks retrieval (the encoding specificity effect).
Matlin (2005) menyatakan bahwa dalam
psikologi kognitif, memori disimpan dalam tiga penyimpanan, yaitu:
a)
The
sensory memory
Sensory
memory merupakan
sistem penyimpanan yang besar, merekam informasi yang diterima dari setiap
indera. Sensory memory menyimpan
informasi yang asli hanya untuk waktu yang singkat. Ada dua bentuk sensory memory, yakni iconic memory (penglihatan),
dan echonic memory (pendengaran).
b)
Short-term memory
Short-term
memory merupakan
jenis memori yang hanya berisikan sebagian kecil informasi yang kita gunakan. Short-term
memory hanya dapat mempertahankan informasi selama tigapuluh detik, kecuali
informasi tersebut diulang-ulang atau di proses lebih jauh, akan bertahan lama.
Short-term memory lebih terbatas kapasitasnya daripada sensory memory,
tetapi bisa bertahan lebih lama. Short-term memory terbatas jumlah
aitem yang dapat disimpan, yaitu kira-kira 7 aitem, dan dapat meningkat
kapasitasnya dengan cara chunking.
c)
Long-term memory
Long-term memory merupakan memori dengan kapasitas lebih besar yang bersifat
permanen dan tidak mudah dilupakan. Long-term memory merupakan tahapan
ketiga dari memori yang meliputi proses penyimpanan informasi dalam waktu yang
lama (Lahey, 2003). Informasi yang dapat disimpan di dalam Long-term memory tidak
terbatas jumlahnya.
Daftar Pustaka
Matlin, M.W. (2005).Cognition sixth edition.United States of America:JohnWiley & Sons, Inc.
Sternberg, R.J.(2008). Psikologi Kognitif edisi keempat. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar