Rabu, 26 Desember 2012

Tugas Sistem Pakar Psikologi




Gangguan Bipolar

A.  Pengertian
Ganguan bipolar atau sering disebut juga dengan manic - depresi merupakan kelainan pada otak yang menyebabkan ketidak normalan pergantian mood, energi, level aktivitas, dan kemampuan untuk mengerjakan aktivitas harian. Bipolar memiliki dua kutub, yaitu manik dan depresi. Gangguan ini bersifat episode yang cenderung berulang, menunjukkan suasana perasaan atau mood dan tingkat aktivitas yang terganggu.Seseorang yang mengidap Bipolar Disorder biasanya sering merasa euphoria berlebihan (mania) dan mengalami depresi yang sangat berat. Periode mania dan depresi ini bisa berganti dalam hitungan jam, minggu maupun bulan. Ini semua tergantung masing-masing pengidap.Mood atau keadaan emosi internal merupakan penyebab utama dari gangguan ini.
Kadang penderita memiliki perasaan atau yang bisa disebut sebagai mood meninggi, energi dan aktivitas fisik dan mental meningkat atau episode manik atau hipomanik. Pada waktu lain berupa penurunan mood, energi dan aktivitas dan mental berkurang (episode depresi). Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara dua minggu sampai lima bulan. Sedangkan depresi cenderung berlangsung lebih lama. Episode hipomanik mempunyai derajat yang lebih ringan daripada manik. Mereka yang mengalami gangguan bipolar ini beralih dari perasaan sangat senang dan gembira ke perasaan sangat sedih atau sebaliknya. Dua kutub mood tinggi dan rendah, saling bergantian.
Bipolar disorder sering dialami oleh remaja yang beranjak dewasa atau dewasa muda. setidaknya setengah dari kasus dimulai sebelum umur 25 tahun. beberapa orang memiliki gejala - gejalanya bahkan sejak kanak - kanak, sementara beberapa orang sisanya mengalami gejala - gejalanya lebih lama. Bipolar disorder tidak mudah dikenali saat kelainan ini dimulai. gejalanya terlihat seperti masalah - masalah yang berbeda, tidak tampak seperti bagian dari masalah lain yang lebih besar. beberapa orang menderita kelainan ini sampai bertahun - tahun sampai akhirnya terdiagnosis dan mendapatkan terapi. Seperti diabetes dan penyakit jantung, bipolar disorder adalah kelainan jangka panjang yang harus di awasi dan di managed seumur hidup.

B.  Penyebab
1.     Genetik
Gen bawaan adalah faktor umum penyebab bipolar disorder. Seseorang yang lahir dari orang tua yang salah satunya merupakan pengidap bipolar disorder memiliki resiko mengidap penyakit yang sama sebesar 15%-30% dan bila kedua orang tuanya mengidap bipolar disorder, maka 50%-75%. anak-anaknya beresiko mengidap bipolar disorder. Kembar identik dari seorang pengidap bipolar disorder memiliki resiko tertinggi kemungkinan berkembangnya penyakit ini daripada yang bukan kembar identik. Penelitian mengenai pengaruh faktor genetis pada bipolar disorder pernah dilakukan dengan melibatkan keluarga dan anak kembar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 10-15% keluarga dari pasien yang mengalami gangguan bipolar disorder pernah mengalami satu episode gangguan mood.
2.    Fisiologis
a.      Sistem Neurochemistry dan Mood Disorders
Salah satu faktor utama penyebab seseorang mengidap bipolar disorder adalah terganggunya keseimbangan cairan kimia utama di dalam otak. Sebagai organ yang berfungsi menghantarkan rangsang, otak membutuhkan neurotransmitter (saraf pembawa pesan atau isyarat dari otak ke bagian tubuh lainnya) dalam menjalankan tugasnya. Norepinephrin, dopamine, dan serotonin adalah beberapa jenis neurotransmitter yang penting dalam penghantaran impuls syaraf. Pada penderita bipolar disorder, cairan-cairan kimia tersebut berada dalam keadaan yang tidak seimbang. Sebagai contoh, suatu ketika seorang pengidap bipolar disorder dengan kadar dopamine yang tinggi dalam otaknya akan merasa sangat bersemangat, agresif, dan percaya diri. Keadaan inilah yang disebut fase mania. Sebaliknya dengan fase depresi.
Fase ini terjadi ketika kadar cairan kimia utama otak itu menurun di bawah normal, sehingga penderita merasa tidak bersemangat, pesimis, dan bahkan keinginan untuk bunuh diri yang besar.
Seseorang yang menderita bipolar disorder menandakan adanya gangguan pada sistem motivasional yang disebut dengan
 behavioral activation system (BAS).
BAS memfasilitasi kemampuan manusia untuk memperoleh reward (pencapaian tujuan) dari lingkungannya.
Hal ini dikaitkan dengan positive emotional states, karakteristik kepribadian seperti ekstrovert(bersifat terbuka), peningkatan energi, dan berkurangnya kebutuhan untuk tidur.
Secara biologis, BAS diyakini terkait dengan jalur saraf dalam otak yang melibatkan dopamine dan perilaku untuk memperoleh reward. Peristiwa kehidupan yang melibatkan reward atau keinginan untuk mencapai tujuan diprediksi meningkatkan episode mania tetapi tidak ada kaitannya dengan episode depresi.
Sedangkan peristiwa positif lainnya tidak terkait dengan perubahan pada episode mania.
b.      Sistem Neuroendokrin
Area limbik di otak berhubungan dengan emosi dan mempengaruhi hipotalamus.Hipotalamus berfungsi mengontrol kelenjar endokrin dan tingkat hormon yang dihasilkan. Hormon yang dihasilkan hipotalamus juga mempengaruhi kelenjar pituarity. Kelenjar ini terkait dengan gangguan depresi seperti gangguan tidur dan rangsangan selera. Berbagai temuan mendukung hal tersebut, bahwa orang yang depresi memiliki tingkat dari cortisol (hormon adrenocortical) yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh produksi yang berlebih dari pelepasan hormon rotropin oleh hipotalamus. Produksi yang berlebih dari cortisol pada orang yang depresi juga menyebabkan semakin banyaknya kelenjar adrenal. Banyaknya cortisol tersebut juga berhubungan dengan kerusakan pada hipoccampus dan penelitian juga telah membuktikan bahwa pada orang depresi menunjukkan hipoccampal yang tidak normal. Penelitian mengenai Cushing’s Syndrome juga dikaitkan dengan tingginya tingkat cortisol pada gangguan depresi
3.    Lingkungan
Bipolar Disorder tidak memiliki penyebab tunggal. Tampaknya orang-orang tertentu secara genetik cenderung untuk bipolar disorder. Namun tidak semua orang dengan kerentanan mewarisi penyakit berkembang, menunjukkan bahwa gen bukanlah satu-satunya penyebab. Beberapa studi pencitraan otak menunjukkan perubahan fisik pada otak orang dengan bipolar disorder. Dalam penelitian lain disebutkan, poin ketidakseimbangan neurotransmitter, fungsi tiroid yang abnormal, gangguan ritme sirkadian, dan tingkat tinggi hormon stres kortisol. Faktor eksternal lingkungan dan psikologis juga diyakini terlibat dalam pengembangan bipolar disorder. Faktor-faktor eksternal yang disebut pemicu. Pemicu dapat memulai episode baru mania atau depresi atau membuat gejala yang ada buruk. Namun, banyak episode gangguan bipolar terjadi tanpa pemicu yang jelas.
Penderita penyakit ini cenderung mengalami faktor pemicu munculnya penyakit yang melibatkan hubungan antar perseorangan atau peristiwa-peristiwa pencapaian tujuan (reward) dalam hidup. Contoh dari hubungan perseorangan antara lain jatuh cinta, putus cinta, dan kematian sahabat. Sedangkan peristiwa pencapaian tujuan antara lain kegagalan untuk lulus sekolah dan dipecat dari pekerjaan. Selain itu, seorang penderita bipolar disorder yang gejalanya mulai muncul saat masa ramaja kemungkinan besar mempunyai riwayat masa kecil yang kurang menyenangkan seperti mengalami banyak kegelisahan atau depresi. Selain penyebab diatas, alkohol, obat-obatan, dan penyakit lain yang diderita juga dapat memicu munculnya bipolar disorder.
Di sisi lain, keadaan lingkungan di sekitarnya yang baik dapat mendukung penderita gangguan ini sehingga bisa menjalani kehidupan dengan normal. Berikut ini adalah faktor lingkungan yang dapat memicu terjadinya BD, antara lain:
a.      Stress - peristiwa kehidupan Stres dapat memicu gangguan bipolar pada seseorang dengan kerentanan genetik. Peristiwa ini cenderung melibatkan perubahan drastis atau tiba-tiba-baik atau buruk-seperti akan menikah, akan pergi ke perguruan tinggi, kehilangan orang yang dicintai, dipecat.
b.      Penyalahgunaan Zat - Meskipun penyalahgunaan zat tidak menyebabkan gangguan bipolar, itu dapat membawa pada sebuah episode dan memperburuk perjalanan penyakit. Obat-obatan seperti kokain, ekstasi, dan amphetamine dapat memicu mania, sedangkan alkohol dan obat penenang dapat memicu depresi.
c.       Obat - obat tertentu, terutama obat-obatan antidepresan, bisa memicu mania. Obat lain yang dapat menyebabkan mania termasuk obat flu over-the-counter, penekan nafsu makan, kafein, kortikosteroid, dan obat tiroid.
d.      Perubahan Musiman - Episode mania dan depresi sering mengikuti pola musiman. Manic episode lebih sering terjadi selama musim panas, dan episode depresif lebih sering terjadi selama musim dingin, musim gugur, dan musim semi (untuk negara dengan 4 musim).
e.      Kurang Tidur - Rugi tidur-bahkan sesedikit melewatkan beberapa jam istirahat-bisa memicu episode mania

C.  Gejala
a.      Gejala-gejala dari mania atau episode manic:
Perubahan-Perubahan Suasana Hati
·         Periode yang panjang dari perasaan "puncak", atau suasana hati yang sangat gembira atau ramah
·         Suasana hati yang sangat teriritasi, agitasi, merasakan "jumpy (gelisah)" atau "wired".
Perubahan-Perubahan Kelakuan
·         Berbicara sangat cepat, melompat dari satu idea ke yang lainnya, mempunyai pemikiran-pemikiran yang bergegas-gegas
·         Sangat mudah dikacaukan
·         Aktivitas-aktivitas yang menuju tujuan yang meningkat, seperti menerima proyek-proyek baru
·         Menjadi gelisah
·         Tidur yang sedikit
·         Mempunyai kepercayaan yang tidak realistik pada kemampuan-kemampuan seseorang
·         Berkelakuan secara impulsif dan mengambil bagian pada banyak kelakuan-kelakuan yang menyenangkan dan berisiko tinggi, seperti membelanjakan sprees, seks yang impulsif, dan investasi-investasi bisnis yang impulsif.
b.      Gejala-gejala dari episode depresi:
Perubahan-Perubahan Suasana Hati
·         Periode yang panjang dari perasaan khawatir atau kosong
·         Kehilangan minat pada aktivitas-aktivitas yang pernah dinikmati.
Perubahan-Perubahan Kelakuan
·         Merasa lelah atau "slowed down"
·         Mempunyai persoalan-persoalan berkonsentrasi, mengingat, dan membuat keputusan-keputusan
·         Menjadi gelisah atau teriritasi
·         Merubah kebiasaan-kebiasaan makan, tidur, atau yang lain-lain
·         Memikirkan kematian atau bunuh diri, atau mencoba bunuh diri.
c.       Gejala-gejala dari episode hipomania :
Tahap hipomania mirip dengan mania. Perbedaannya adalah penderita yang berada pada tahap ini merasa lebih tenang seakan-akan telah kembali normal serta tidak mengalami halusinasi dan delusi. Hipomania sulit untuk didiagnosis karena terlihat seperti kebahagiaan biasa, tapi membawa resiko yang sama dengan mania. Gejala-gejala dari tahap hipomania bipolar disorder adalah sebagai berikut.
·         Bersemangat dan penuh energi, muncul kreativitas.
·         Bersikap optimis, selalu tampak gembira, lebih aktif, dan cepat marah.
·         Penurunan kebutuhan untuk tidur.
d.      Gejala-gejala episode campuran (Mixed state episode) :
Dalam konteks bipolar disorder, mixed state adalah suatu kondisi dimana tahap mania dan depresi terjadi bersamaan. Pada saat tertentu, penderita mungkin bisa merasakan energi yang berlebihan, tidak bisa tidur, muncul ide-ide yang berlalu-lalang di kepala, agresif, dan panik (mania). Akan tetapi, beberapa jam kemudian, keadaan itu berubah menjadi sebaliknya. Penderita merasa kelelahan, putus asa, dan berpikiran negatif terhadap lingkungan sekitarnya. Hal itu terjadi bergantin dan berulang-ulang dalam waktu yang relatif cepat. Mixed state bisa menjadi episode yang paling membahayakan penderita bipolar disorder. Pada episode ini, penderita paling banyak memiliki keinginan untuk bunuh diri karena kelelahan, putus asa, delusi dan halusinasi.
Gejala-gejala yang diperlihatkan jika penderita akan melakukan bunuh diri antara lain sebagai berikut.
·         Selalu berbicara tentang kematian dan keinginan untuk mati kepada orang-orang di sekitarnya.
·         Memiliki pandangan pribadi tentang kematian.
·         Mengkonsumsi obat-obatan secara berlebihan dan alkohol.
·         Terkadang lupa akan hutang atau tagihan seperti; tagihan listrik, telepon.

D.  Tipe-tipe dasar
Menurut DSM, ada empat tipe-tipe dasar dari penyakit bipolar:
  1. Penyakit Bipolar I terutama ditentukan oleh episode-episode manic atau campuran yang berlangsung paling sedikit tujuh hari, atau oleh gejala-gejala manic yang begitu parah sehingga orang itu perlu segera perawatan rumah sakit. Biasanya, orang itu juga mempunyai episode-episode depresi, secara khas berlangsung paling sedikit dua minggu. Gejala-gejala dari mania atau depresi harus menjadi perubahan utama dari kelakuan normal seseorang.
  2. Penyakit Bipolar II Hypomanic , ditentukan oleh pola dari episode-episode depresi namun bukan sepenuhnya episode-episode manic atau campuran.
  3. Bipolar Disorder Not Otherwise Specified (BP-NOS) didiagnosa ketika seseorang mempunyai gejala-gejala dari penyakit yang tidak memenuhi kriteria diagnostik untuk salah satu dari bipolar I atau II. Gejala-gejala mungkin tidak berlangsung cukup lama, atau orang itu mungkin mempunyai terlalu sedikit gejala-gejala, untuk didiagnosa dengan bipolar I atau II. Bagaimanapun, gejala-gejala adalah dengan jelas keluar dari batasan kelakuan normal seseorang.
  4. Penyakit Cyclothymic, atau Cyclothymia, adalah bentuk ringan dari penyakit bipolar. Orang-orang yang mempunyai cyclothymia mempunyai episode-episode dari hypomania dengan depresi ringan untuk paling sedikit dua tahun. Bagaimanapun, gejala-gejala tidak memenuhi kebutuhan-kebutuhan diagnostik untuk tipe lain apa saja dari penyakit bipolar.
Beberapa orang-orang mungkin didiagnosa dengan rapid-cycling bipolar disorder. Ini adalah ketika seorang mempunyai empat atau lebih episode-episode dari depresi utama, mania, hypomania, atau gejala-gejala campuran dalam satu tahun.

E.   Penanganan
Sebelum melakukan penanganan terhadap gangguan bipolar, biasanya terlebih dahulu dilakukan diagnosa dengan memperhatikan secara seksama gejala, tingkat ketakutan, angka waktu, dan frekuensi. Dan gejala yang paling mudah untuk dikenali adalah gejala peralihan mood yang tinggi (dari yang tinggi ke rendah) yang tidak berpola.
Gangguan bipolar ini merupakan gangguan jangka panjang yang membutuhkan penanganan komprehensif. Mereka yang memiliki empat atau lebih perubahan mood dalam setahun lebih sulit untuk ditangani. Menurut dr Jap, seorang pasien yang mengalami gangguan bipolar bisa sembuh. Dalam empat fase itu pasien bisa menjalankan terapi. Tapi jika tak berhasil atau mebahayakan, diperlukan penanganan khusus di rumah sakit khusus atau tempat rehabilitasi mental. “Biasanya psikoterapi berupa terapi perilaku-kognitif menjadi pilihan,” ungkapnya.
Sudah lebih dari 50 tahun lithium digunakan sebagai terapi gangguan bipolar. Efektivitasnya telah terbukti pada 60-80 persen pasien. Terapi ini bisa menekan angka kematian karena bunuh diri dan ongkos perawatan.
Farmakoterapi adalah pemberian obat-obatan jenis mood stabilizer ditambah obat-obatan gol antipsikotik sesuai dengan gambaran klinis yang ditunjukkan oleh penderita tersebut. Antipsikotik lebih baik daripada lithium pada sebagian penderita gangguan bipolar.
Perhatian ekstra harus dilakukan bila hendak merencanakan pemberian antipsikotik jangka panjang terutama generasi pertama atau golongan tipikal karena dapat menimbulkan beberapa efek samping. Bila sudah terkena gangguan bipolar ini, kontrol secara teratur, minum obat secara teratur, dan kemampuan mengenali gejala-gejala merupakan kunci utama pencegahannya.
Tentunya setiap orang pasti
mengalami perasaan senang dan sedih dalam hidupnya. Namun jika suasana itu sangat berlebihan, kecurigaan adanya gangguan moodpada orang itu harus diwaspadai. Mengapa? Karena keadaan itu merujuk ke suatu gangguan kejiwaan yang dalam ilmu kedokteran disebut sebagai manik-depresif

F.   Penyembuhan
Sementara berurusan dengan bipolar disorder tidak selalu mudah, tidak harus menjalankan kehidupan Anda. Tetapi untuk sukses mengelola bipolar disorder, Anda harus membuat pilihan cerdas. gaya hidup Anda dan kebiasaan sehari-hari memiliki dampak yang signifikan terhadap suasana hati Anda. Baca terus untuk cara-cara untuk membantu diri Anda sendiri:
1. Dapatkan pendidikan tentang cara mengatasi gangguan.
Pelajari sebanyak yang Anda bisa tentang bipolar. Semakin banyak Anda tahu, semakin baik Anda akan berada dalam membantu pemulihan Anda sendiri.
2. Jauhkan stress.
Hindari stres tinggi dengan menjaga situasi keseimbangan antara pekerjaan dan hidup sehat, dan mencoba teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau pernapasan dalam.
3. Mencari dukungan
Sangat penting untuk memiliki orang yang dapat Anda berpaling untuk meminta bantuan dan dorongan. Cobalah bergabung dengan kelompok pendukung atau berbicara dengan teman yang dipercaya.
4. Buatlah pilihan yang sehat.
Sehat tidur, makan, dan berolahraga kebiasaan dapat membantu menstabilkan suasana hati Anda. Menjaga jadwal tidur yang teratur sangat penting.
5. Monitor suasana hati Anda.
Melacak gejala Anda dan perhatikan tanda-tanda bahwa suasana hati Anda berayun di luar kendali sehingga Anda dapat menghentikan masalah sebelum dimulai.



Selasa, 11 Desember 2012

Remaja


1.    Pengertian Remaja
Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, di mana tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula dengan berkembangnya kapasitas reproduktif. Selain itu remaja juga berubah secara kognitif dan mulai mampu melepaskan diri secara emosional dan orang tua dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang baru sebagai orang dewasa (Agustian, 2006).
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin adoloscere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence, seperti yang dipergunakan saat ini, mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1995).
Menurut Piaget (dalam Hurlock, 1995) remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak.
Gunarsa (2003) menyebutkan bahwa masa remaja sebagai masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat-sifat masa transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status orang dewasa tetapi tidak lagi memiliki status anal-anak (Monks, dkk 2002).
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dimana seorang anak berada diantara masa anak-anak dan masa dewasa. Dan juga masa dimana seorang individu mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya seperti fisik, mental, kognitif dan afektif.

2.    Masa-masa Remaja
Menurut Agustian (2006) masa remaja dibagi menjadi 3 :
a. Masa remaja awal (12-15 tahun)
Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak-anak dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak tergantung pada orang tua. Fokus dari tahap ini adalah penerimaan terhadap bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas yang kuat dengan teman sebaya.
b. Masa remaja pertengahan (15-18 tahun)
Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berpikir yang baru. Teman sebaya masih memiliki peran yang penting, namun individu sudah lebih mampu mengarahkan diri sendiri. Pada masa ini remaja dimulai mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar mengendalikan impulsivitas, dan membuat keputusan-keputusan awal yang berkaitan dengan tujuan vokasional yang ingin dicapai. Selain itu penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi individu.
c. Masa remaja akhir (19-22 tahun)
Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewasa. Selama periode ini remaja berusaha memantapkan tujuan vokalitas dan mengembangkan sense of personal identity. Keinginan yang kuat untuk menjadi matang dan diterima dalam kelompok teman sebaya dan orang dewasa, juga menjadi ciri-ciri dari tahap ini.

3.    Tugas Perkembangan Remaja
Menurut Mappiare (1982) tugas perkembangan remaja adalah sebagai berikut :
a.  Menerima keadaan fisiknya dan menerima peranannya sebagai pria atau wanita.
b.  Menjalin hubungan-hubungan baru dengan teman-teman sebaya baik sesama jenis maupun lain jenis kelamin.
c. Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tuanya dan orang-orang dewasa lain.
d. Memperoleh kepastian dalam hal kebebasan pengaturan ekonomis.
e. Memilih dan mempersiapkan diri ke arah suatu pekerjaan atau jabatan.
f.   Mengembangkan keterampilan-keterampilan dan konsep-konsep intelektual yang diperlukan dalam hidup sebagai warga negara yang terpuji.
g. Menginginkan dan dapat berperilaku yang diperbolehkan oleh masyarakat.
h. Mempersiapkan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga.
i.   Menyusun nilai-nilai kata hati yang sesuai dengan gambaran dunia, yang diperoleh dari ilmu pengetahuan yang memadai.


Senin, 10 Desember 2012

PANDEMONIUM


A.  Definisi Pandemonium
Pandemonium merupakan salah satu sistem atau metode dalam rekognisi pola (pattern recognition) yang menggunakan analisis tampang (feature analysis).Sistem ini merupakan salah satu cara untuk menggambarkan bagaimana terjadinya proses rekognisi (pengenalan kembali) atas pola-pola yang diindera oleh manusia.Sistem ini mengimajinasikan adanya serangkaian hantu (demon) yang berperan menganalisispola-pola yang diindera. Masing-masing demon memiliki tugas yang berbeda-beda ( Majorsy,2012)
Menurut Oliver Selfridge (1959) pandemonium yaitu sebuah paradigma untuk belajar untuk simposium pada mekanisasi proses pemikiran. Dimana pemerintah pusat menghipotesis bahwa surat-surat diidentifikasi melalui fitur fitur komponen. Pendekatan ini di kembangkan selama bertahun-tahun, tapi kunci untuk mendukungnya kurang lengkap. Penelitian terbaru telah dimulai untuk memberikan bukti penting yang mendukung fitur-based. Surat persepsi ini menggambarkan sifat dari fitur itu sendiri dan waktu perjalanan proses yang terlibat. Para peneliti yang pertama kali mempelajari tentang human pattern recognition dalam cara yang sistematis yang disebut Psikologi Gestalt dikarenakan keyakinan mereka bahwa keseluruhan persepsi dari suatu objek (atau gestalt) adalah lebih besar daripada jumlah dari bagian-bagian individual. Seorang psikolog kontemporer, Anne Treisman, sangat meningkatkan pemahaman kita tentang bagaimana orang-orang mengenali pola-pola, bahkan hal duniawi, seperti papan reklame yang kita lihat setiap hari di pinggir jalan. Jackson (1987) memperpanjang model Selfridge, modelnya termasuk demon yang dapat menyebabkan tindakan di dunia eksternal (di luar kotak pandemonium) dan dapat bertindak atas demon lainnya.
Berdasarkan pada teori integrasi fitur, kita terkadang dapat memproses kesan pada papan reklame secara otomatis, dengan semua bagian-bagian dalam layar yang diproses pada waktu yang sama. Pada waktu yang berbeda kita memerlukan perhatian yang terfokus, dengan masing-masing item dalam layar yang diproses satu per satu (Treisman, 1988; Treisman & Gelade, 1980). Teori integrasi fitur mencakup dua tahap pengolahan: preattentive processing dan focused prosessing. Teori dari Treisman memperkirakan bahwa orang-orang harus fokus pada perhatian mereka akan stimulus sebelum mereka dapat mensintesis fitur-fitur tersebut ke dalam suatu pola. Sebuah fitur tunggal, bagaimanapun, dapat diterima tanpa fokus tersebut. Antara lain, teori ini menyarankan bahwa untuk mendapatkan efeksivitas yang maksimum, pengiklan seharusnya menjaga jumlah fitur yang berada pada papan reklame mereka secara minimal.
Teori integrasi fitur menunjukkan bahwa orang-orang akan mampu mendeteksi adanya satu fitur tanpa mengetahui dimana fitur itu akan ditampilkan. Hasil prediksi yang tidak biasa ini merupakan tahap preattentive prosessing dari Treisman. Selama tahap focused  prosessing, ketika orang-orang mencari suatu kombinasi dari dua atau lebih fitur yang diintegrasikan, mereka akan menyadari dimana fitur itu berada pada layar karena mereka memprosesnya dengan perhatian penuh. Dalam contoh papan reklame itu, fitur yang harus mereka integrasikan lebih sedikit, hanya sedikit perhatian yang mereka butuhkan untuk mengalokasikan pada layar.

B.  JENIS-JENIS DEMON & TUGASNYA
Menurut Majorsy (2012) pandemonium dibagi beberapa jenis dan tugas-tugasnya adalah :
1.     Image Demon (ID)
Jenis hantu yang pertama, memiliki tugas yang paling sederhana, yaitu mencatat gambaran atau citra (image) sinyal eksternal.
2.    Feature Demon (FD)
Jenis hantu yang kedua, bertugas menganalisa. Masing-masing demon melihat ciri-ciri khusus pada pola, yaitu adanya garis-garis tertentu (misalnya: sudut, garis vertikal, garis horizontal, kurva).
3.    Cognitive Demon (CD)
Jenis hantu ketiga, yang bertugas mengamati respon-respon dari feature demon (FD), bertanggung jawab mengenali pola. Setiap cognitive demon digunakan untuk mengenali satu pola (misalnya : satu CD mengenali A; satu CD mengenali B; dll). Bila suatu CD menemukan tampang (feature) yang cocok, maka demon tersebut berteriak. Bila demon lain menemukan kecocokan tampang (feature) yang lain, maka teriakan-teriakan menjadi lebih keras.

4.    Decision Demon (DD)
Jenis hantu yang keempat, yaitu bertugas mendengarkan hasil pandemonium dari cognitive demon (CD), lalu decision demon (DD) memilih teriakan CD yang berteriak paling keras sebagai pola yang paling besar kemungkinan terjadinya.

4.  KEMIRIPAN ANTARA PANDEMONIUM DENGAN SKEMA TEMPLATE
Meskipun pandemonium termasuk metode analisis tampang, namun skema pandemonium memiliki kemiripan dengan skema template matching.
Persamaan :
Menemukan kecocokan atau kesesuaian antara tampang-tampang tertentu dengan item-item tertentu yang direkognisi.
Pandemonium mengamati keseluruhan pola pada waktu yang sama seperti halnya pada skema template.
Tiap-tiap CD secara gradual belajar menginterpretasikan berbagai tampang dalam hubungannya dengan pola-pola tertentu. Di sini sangat nyata bahwa pengaruh konteks sangat penting. Implikasinya untuk skema pandemonium ditambahkan Contextual demonds yang menambahkan suara atau seruan untuk pandemonium.
Sebagian besar interpretasi terhadap data penginderaan lebih merupakan sumbangan dari pengetahuan mengenai kemungkinan-kemungkinan yang ada pada sinyal tersebut, dan sebagian kecil merupakan sumbangan dari informasi yang termuat didalam sinyal itu sendiri. Informasi ekstra (pengetahuan mengenai kemungkinan-kemungkinan yang ada pada sinyal) ini berasal dari konteks peristiwa-peristiwa yang diindera. Konteks adalah situasi keseluruhan tempat melekatnya (yang melatarbelakangi) sebuah pengalaman atau peristiwa.

5.   EKSPERIMEN MILLER dalam PANDEMONIUM
Dalam Eksperimen Miller (1962), ini merupakan salah satu eksperimen yang menunjukkan efek konteks terhadap hasil rekognisi sinyal. Dalam eksperimen ini, subjek diminta untuk mendengarkan serangkaian kata-kata: socks, some, brought, wet & who. Tiap-tiap kata diucapkan dalam macam-macam bunyi sedemikian rupa sehingga hasilnya tiap-tiap kata hanya dapat diidentifikasi sekitar 50% dalam waktu yang disediakan. Pada kesempatan berikutnya, kata-kata tersebut disusun dalam urutan yang memberikan makna : who, brought, some wet, socks. Dan subjek diminta mengidentifikasi sekali lagi. Ketika katakata tersebut diucapkan dalam urutan tata bahasa, kinerja kognisi subjek meningkat secara dramatis. Dengan demikian petunjuk kontekstual dapat meningkatkan rekognisi secara meyakinkan.
Kemampuan untuk menggunakan konteks membuat sistem persepsi manusia lebih tinggi kemampuannya (superior) dan lebih fleksibel daripada sistem kognisi pola eletronik yang ada sejauh ini. Kita tidak mengetahui secara pasti bagaimana mekanisme penggunaan informasi dari konteks. Namun demikian kita tahu bahwa konteks memainkan peran yang sangat besar dalam persepsi kita.

Peran Konteks :
Memberikan aturan-aturan sepanjang penyusunan persepsi kita
Membantu memprediksi
Memberikan interpretasi yang rasional terhadap hal-hal yang kita persepsi
Khususnya dalam rekognisi ataupun persepsi terhadap sinyal yang berupa bahasa, jika bahasa dibuat efisien atau jika seseorang kurang dapat menggunakan informasi kontekstual untuk memandu persepsinya, akhirnya komunikasi dapat menjadi proses yang menyakitkan dan berbahaya.

6.  PEMROSESAN INFORMASI DATA DRIVEN & CONCEPTUALLY DRIVEN dalam PANDEMONIUM
Menurut Reynold & Flagg (1983), urutan operasi pandemonium yang sudah digambarkan diatas merupakan pemrosesan informasi yang memiliki ciri-ciri data-driven yaitu pemrosesan informasi yang diawali dari datangnya data penginderaan. Di dalam menganalisa informasi, harapan dan pembentukan konsep individu terhadap informasi yang diterimanya memainkan peran yang penting. Informasi yang berasal dari memori dikombinasikan dengan informasi yang berasal dari penginderaan. Pemrosesan informasi yang diawali dengan pembentukan konsep atau harapan individu disebut conceptually-driven. Baik pemrosesan data-driven maupun conceptually-driven, dua-duanya diperlukan.

Hantu-Hantu Spesialis (Specialist Demons)
Jawaban untuk masalah kombinasi data-driven maupun conceptually-driven, kiranya perlu dituangkan dalam model rekognisi pola dengan menggunakan demon seperti diatas. Kita tambahkan hantu-hantu spesialis (specialist demons) untuk konteks, harapan-harapan, kalimat-kalimat dan frasefrase. Kita tambahkan juga hantu untuk sintaksis (pengetahuan tentang kalimat) dan sematik.
Seperti halnya hantu-hantu yang bekerja dalam data-driven, hantu-hantu yang bekerja untuk pemrosesan conceptualy-driven (yaitu hantu-hantu spesialis) bertugas meneliti apakah data-data yang relevan muncul pada saat itu. Konsep baru yang penting disini adalah : semua hantu (demon) harus dapat berkomunikasi satu sama lain.
Pada poin ini kita memerlukan model yang berbeda dengan model lama, yaitu model yang memungkinkan hantu-hantu tersebut berkomunikasi satu sama lain. Untuk itu kita buat simbolisasi untuk pusat proses komunikasi dengan mengimajinasikan adanya papan tulis yang dapat diakses oleh semua demon.
Tiap-tiap hantu menatap papan, mengamati informasi yang akan dianalisis. Apabila informasi relevan dengan spesialisasi hantu tertentu, maka hantu tersebut akan bekerja dengan menuliskan informasi tersebut di papan tulis. Yang paling penting di sini adalah bahwa ketika tiap-tiap demon menyelesaikan tugas khususnya, dia menuliskan hasilnya di papan tulis untuk dianalisis oleh hantu lain.
Harus dicatat di sini bahwa informasi penginderaan dituliskan di papan tulis seperti halnya informasi-informasi lain. Dengan demikian tidak lagi diperlukan pembeda antara data-driven dan conceptually-driven. Semuanya terjadi secara otomatis.

Papan Tulis & Pengawas
Manusia memiliki keterbatasan kapasitas pemrosesan; dan manusia tidak dapat menganalisa setiap hal yang muncul dalam sistem penginderaan. Dalam konteks sistem hantu-hantu spesialis, hal itu berarti terdapat keterbatasan mengenai apa yang dapat dikerjakan.
Jelas terdapat dua sumber keterbatasan di sini :
(a)  setiap hantu spesialis bekerja untuk satu set data dan tidak dapat serentak bekerja untuk data yang lain;
(b) Ukuran papan tulis cukup terbatas (catatan: papan tulis diartikan sebagai penyimpanan informasi penginderaan atau memori jangka pendek yang memiliki keterbatasan durasi dan kapasitas penyimpanan).

Untuk menghindari terjadinya konflik antar hantu dan untuk menjamin adanya arah analisis (yang tidak terarah dihentikan), maka diperlukan adanya pengawas (supervisor) yang memandu hantu-hantu ( demon- demon ) spesialis agar bekerja secara kooperatif. Tugas sistem ini adalah memberikan interpretasi logis terhadap sinyal penginderaan yang baru muncul dengan menggunakan seluruh sumber pengetahuan yang dapat diakses.

7.   BAGAIMANA MEMBANGUN KEKACAUAN dalam PANDEMONIUM
Studi tentang jenis respon saraf yang dihasilkan oleh sinyal masuk tertentu, yang menunjukkan bahwa sistem perseptual yang paling tinggi tingkat organismenya mengekstrakan kekayaan data tentang fitur tertentu dalam citra visual. Beberapa neuron individu bereaksi hanya pada keberadaan garis lurus pada bagian tertentu dari gambar retina.
Beberapa neuron individu bereaksi hanya terhadap keberadaan garis lurus pada bagian tertentu dari gambar retina. Yang lain tampaknya paling sensitif terhadap bentuk tertentu atau untuk memotong garis yang membentuk sudut ukuran tertentu. Pada kenyataannya, informasi diperlukan untuk mengenali huruf berdasarkan skema kekacauan.
Informasi dapat diterapkan dengan prinsip yang sama dan hanya digunakan untuk membangun template: hanya menghubungkan bersama sejumlah sel untuk membangun detektor fitur yang lebih umum.

8.  BAGAIMANA PANDEMONIUM TERMOTIFASI “TERCAPAI” :
1.     Ketika segala sesuatu berjalan dengan baik.
2.    Ini akan menjadi buruk ketika sedang lemah/negatif.
3.    Semakin banyak aplikasi file masuk ke adalam otak kita, maka semakin kacau pikiran kita dalam menyimpan, tapi jika sedikit aplikasi file yang masuk semakin baik kita minyimpan file itu.
4.    Tindakan ini berpanguruh untuk memotivasi dan memfasilitasi pembelajaran.

9.   URUTAN DEMON dalam TINDAKAN
1.   Meningkatkan kondisi perlu dikoordinasikan  dalam tahap urutan.
2.  Tindakan berurutan lebih mudah dicerna daripada tindakan tidak berurutan.
3.  Informasi yang baru lebih mudah ditangkap daripada informasi lampau.
4.  Jika aplikasi masuk secara berurutan dalam pikiran kita, maka akan menjadi lebih mudah.

Daftar Pustaka
Selfridge, O. G. (1959). Pandemonium: A Paradigm for Learning. In: Proceedings
         
of the Symposium on Mechanisation of Thought Process : National Physics
         
Laboratory.
Jackson, J. V. (1987). Idea for a Mind Siggart Newsletter, 181:2326.
Franklin, S. (1995). Artificial Minds. Cambridge MA: MIT Press.