Konsep Albert Ellis
Terapi Rasional-Emotif menurut Ellis
(dalam Gunarsa, 1992) mendasarkan pada konsep bahwa berpikir dan berperasaan
saling berkaitan, namun dalam pendekatannya lebih menitikberatkan pada pikiran
daripada ekspresi emosi seseorang. Pendekatan terapi rasional-emotif menganggap
bahwa manusia pada hakekatnya adalah korban dari tidak benar. Karena itu Ellis
berkomentar bahwa pendekatan humanistic terlalu lunak dan mengakibatkan
persoalan pada diri sendiri karena berpikir tidak rasional.
Pendekatan dengan terapi
rasinal-emotif menurut Ellis (1977, 1978) (dalam Gunarsa, 1992) dapat di
pergunakan untuk menghadapi masalah-masalah klinis seperti : depresi, ansietas,
gangguan karakterologis, sikap melawan, masalah seks, percintaan, perkawinan,
pengasuhan, masalah perilaku anak dan remaja.
Menurut Goleman & Speeth (1993), Albert Ellis
mengembangkan rational-emotive therapy (RET)-(Terapi rasional-emotif), diluar
prakteknya sebagai seorang psikoanalisis. RET mengadakan pendekatan problem
neurosis dengan cara langsung dan lurus, dengan meyakinkan pasien terhadap hal
yang tidak rasional (ketidaklogisan). Menurut Ellis, gangguan emosi adalah hasil
dari berpikir tak logis. Tugas RET adalah membuat pernyataan dari dalam
tersebut menjadi eksplisit, menghadapi pasien dengan ketidaklogisannya serta
mendorongnya agar meninggalkan ketidaklogisannya tesebut. Menurut Ellis, jika
seseorang menerima perasaan tersebut, maka perasaan tersebut membawa ke
penderitaan neurosis. Pendekatan Ellis ini menekankan pada alasan, rasionalitas
serta logis sebagai senjataterapi yang utama. Tujuan ahli terapi, ialah
menggantikan paham atau kepercayaan dengan sikap lebih rasional yang akan
membawakepada kehidupan lebih produktif dan bahagia.
Tugas dari psikoterapi ini, ialah
membuat orang tidak mempercayai ide yang tidak rasional, yaitu agar mengubah
sikap sabotase diri. Psikoterapi rational-emotif mengadakan serangan yang
disetujui bersama atas penaklukan diri dengan dua cara utama, yaitu :
a) Ahli terapi melayani sebagai
propaganda yang lugu, yang secara langsung kontra dan menyangkal propaganda
penaklukan diri serta ketakhyulan yang dipelajari oleh klien dan sekarang
tertanam dalam dirinya.
TRE dan Teori
Kepribadian Diri
Neurosis, yang didefinisikan sebagai “berpikir dan
bertingkah laku irasional”, adalah suatu keadaan alami yang pada taraf tertentu
menimpa kita semua. Keadaan ini berakar dalam pada kenyataan bahwa kita adalah
manusia dan hidup dengan manusia lain dalam masyarakat.Emosi-emosi adalah produk pemikiran manusia. Jika kita
berpikir buruk tentang sesuatu, maka kita pun akan merasakan sesuatu itu
sebagai hal yang buruk. Ellis menyatakan bahwa “gangguan emosi pada dasarnya
terdiri atas kalimat-kalimat atau arti-arti yang keliru, tidak logis dan tidak
bisa disahihkan, yang diyakini secara dogmatis dan tanpa kritik, dan
terhadapnya, orang yang terganggu beremosi atau bertindak sampai ia sendiri
kalah”.
Teori A-B-C tentang
Kepribadian
Teori A-B-C tentang kepribadian sangatlah penting bagi
teori dan praktek TRE. A adalah keberadaan suatu fakta, suatu peristiwa,
tingkah laku atau sikap seseorang. C adalah konsekuensi atau reaksi emosional
seseorang ; reaksi ini bisa layak dan bisa pula tidak layak. A (peristiwa yang
mengaktifkan) bukan penyebab timbulnya C (konsekuensi emosional). Alih-alih B,
yaitu keyakinan individu tentang A, yang menjadi penyebab C, yakni reaksi
emosional.
Tujuan-tujuan
Terapeutik
Menurut Ellis, tujuan utama psikoterapis yang baik
adalah menunjukkan kepada kliennya bahwa verbalisasi-vebalisasi diri mereka
telah dan masih merupakan sumber utama dari gangguan-gangguan emosinal yang
dialami oleh mereka.
Fungsi dan Peran
Terapis
Aktivitas aktivitas terapeutik utama TRE dilaksanakan
dengan satu maksud utama, yaitu : membantu klien untuk membebaskan diri dari
gagasan-gagasan yang tidak logis dan untuk belajar gagasan-gagasan yang logis
sebagai penggantinya.
Pengalaman Klien dalam
Terapi
Pengalaman utama klien dalam TRE adalah mencapai
pemahaman. TRE berasumsi bahwa pencapaian pemahaman emosional (emotional
insight) oleh klien atas sumber-sumber gangguan yang dialaminya adalah bagian
yang sangat penting dari proses terapeutik. Ellis mendefinisikan pemahaman
emosional sebagai “mengetahui atau melihat penyebab-penyebab masalah dan
bekerja, dengan keyakinan dan bersemangat, untuk menerapkan pengetahuan itu
pada penyelesaian masalah-masalah tersebut”. Jadi, TRE menitikberatkan
penafsiran sebagai suatu alat terapeutik.
Seorang anak yang mengalami gangguan traumatik yaitu pada saat ia bermain
api dirumahnya, ia tidak sengaja menumpahkan minyak goreng yang berada
didekatkan, akibatnya anak tersebut ketakutan ketika api menyambar begitu besar
ketika itu, anak itu pun menangis ketakutan, kebetulan dirumahnya sedang tidak
ada orang, lalu rumah itu kebakaran dan anak tersebut sempat diselamatkan oleh
para tetangga mereka yang dengan sigap mengevakuasi anak tersebut. Semenjak
kejadian itu, anak tersebut mengibaratkan suatu api adalah hal yang menakutkan
yang bisa menjadi bencana bagi dirinya dan keluarganya. Hal ini terus
berlangsung sampai ia dewasa, ketika melihat api entah api kompor atau pun
korek api, ia menjadi ketakutan dan berteriak untuk melarikan diri.
Ø Penyelesaiannya
Dibutuhkan waktu untuk memperbaiki cara
berpikir irasionalnya. Mengubah cara berpikirnya yang sebelumnya
irasional menjadi rasional tidaklah mudah. Yaitu dengan cara perlahan, kita
memberitahukan bahwa api tidak sebahaya yang ia kira, namun kita harus tetap
waspada dengan api, karena api pun bisa membawa malapetaka apabila kita lalai.
Dengan tahapan-tahapan terapi, ia di coba untuk lebih memahami dari perilaku
nya yang ketika melihat api berubah menjadi takut dan cemas. Ia harus di coba
untuk membiasakan dirinya ketika melihat api. Sumbangan TRE
lainnya adalah penekanannya pada peletakan pemahaman-pemahaman yang baru
diperoleh ke dalam tindakan. Masalah tentang apa yang membentuk tingkah laku
rasional disini merupakan intinya. Fakta bahwa terapis rasional memegang suatu
posisi konfrontif meimbulkan bahaya-bahaya tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Goleman, D & Speeth, K.R.(1993).Essential Psikoterapi.Semarang : Dahara
Prize.Corey, Gerald.(2007).Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi.Bandung : PT. Refika
Aditama.Gunarsa,D.S.(1992).Konseling
& Psikoterapi.Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia.