Selasa, 01 Mei 2012

Psikoterapi



Konsep Albert Ellis
            Terapi Rasional-Emotif menurut Ellis (dalam Gunarsa, 1992) mendasarkan pada konsep bahwa berpikir dan berperasaan saling berkaitan, namun dalam pendekatannya lebih menitikberatkan pada pikiran daripada ekspresi emosi seseorang. Pendekatan terapi rasional-emotif menganggap bahwa manusia pada hakekatnya adalah korban dari tidak benar. Karena itu Ellis berkomentar bahwa pendekatan humanistic terlalu lunak dan mengakibatkan persoalan pada diri sendiri karena berpikir tidak rasional.
            Pendekatan dengan terapi rasinal-emotif menurut Ellis (1977, 1978) (dalam Gunarsa, 1992) dapat di pergunakan untuk menghadapi masalah-masalah klinis seperti : depresi, ansietas, gangguan karakterologis, sikap melawan, masalah seks, percintaan, perkawinan, pengasuhan, masalah perilaku anak dan remaja.
Menurut Goleman & Speeth (1993), Albert Ellis mengembangkan rational-emotive therapy (RET)-(Terapi rasional-emotif), diluar prakteknya sebagai seorang psikoanalisis. RET mengadakan pendekatan problem neurosis dengan cara langsung dan lurus, dengan meyakinkan pasien terhadap hal yang tidak rasional (ketidaklogisan). Menurut Ellis, gangguan emosi adalah hasil dari berpikir tak logis. Tugas RET adalah membuat pernyataan dari dalam tersebut menjadi eksplisit, menghadapi pasien dengan ketidaklogisannya serta mendorongnya agar meninggalkan ketidaklogisannya tesebut. Menurut Ellis, jika seseorang menerima perasaan tersebut, maka perasaan tersebut membawa ke penderitaan neurosis. Pendekatan Ellis ini menekankan pada alasan, rasionalitas serta logis sebagai senjataterapi yang utama. Tujuan ahli terapi, ialah menggantikan paham atau kepercayaan dengan sikap lebih rasional yang akan membawakepada kehidupan lebih produktif dan bahagia.
            Tugas dari psikoterapi ini, ialah membuat orang tidak mempercayai ide yang tidak rasional, yaitu agar mengubah sikap sabotase diri. Psikoterapi rational-emotif mengadakan serangan yang disetujui bersama atas penaklukan diri dengan dua cara utama, yaitu :
a)      Ahli terapi melayani sebagai propaganda yang lugu, yang secara langsung kontra dan menyangkal propaganda penaklukan diri serta ketakhyulan yang dipelajari oleh klien dan sekarang tertanam dalam dirinya
.b)      Ahli terapi member semangat, membujuk, serta mengarahkan pasiean terjun ke dalam beberapa kegiatan (seperti mengerjakan sesuatu yang pasien tidak takut melakukannya) yang berfungsi sebagai biro atau agen propaganda berkekuatan melawan omongan kosong yang dipercayai pasien.Kedua kegiatan terapi utama tersebut, secara sadar diperagakan dengan satu tujuan pokok dalam pikiran. Fungsi ahli terapi ini bukanlah semata-mata untuk memperlihatkan klien, bahwa mereka punya proses berpikir pada tingkat rendah, melainkan untuk member semangat agar mengubah serta menggantikan kognisi yang lebih efesien.Ahli terapi rasional merupakan para pendidik kembali yang kugu, dan percaya pada penerapan setepat-tepatnya dari rumusan logis, berpikir langsung serta metoda ilmiah terhadap kehidupan sehari-hari.Menurut Corey (2007), TRE (Terapi Rasional-Emotif) adalah aliran psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir rasional dan jujur maupun untuk berpikir irasional dan jahat. TRE menegaskan bahwa manusia memiliki sumber-sumber yang tak terhingga bagi aktualisasi potensi-potensi dirinya dan bisa mengubah ketentuan-ketentuan pribadi dan masyarakatnya. TRE menegaskan bahwa manusia berpikir, beremosi dan bertindak secara simultan. Menurut Ellis, manusia bukanlah makhluk yang sepenuhnya ditentukan secara biologis dan didorong oleh naluri-naluri.Ellis menyatakan bahwa bila individu-individu tidak terkondisikan untuk berpikir dan merasa dengan cara tertentu, maka mereka cenderung untuk bertingkah laku dengan cara demikian meskipun mereka menyadari bahwa tingkah laku mereka itu menolak atau meniadakan diri.
TRE dan Teori Kepribadian Diri
Neurosis, yang didefinisikan sebagai “berpikir dan bertingkah laku irasional”, adalah suatu keadaan alami yang pada taraf tertentu menimpa kita semua. Keadaan ini berakar dalam pada kenyataan bahwa kita adalah manusia dan hidup dengan manusia lain dalam masyarakat.Emosi-emosi adalah produk pemikiran manusia. Jika kita berpikir buruk tentang sesuatu, maka kita pun akan merasakan sesuatu itu sebagai hal yang buruk. Ellis menyatakan bahwa “gangguan emosi pada dasarnya terdiri atas kalimat-kalimat atau arti-arti yang keliru, tidak logis dan tidak bisa disahihkan, yang diyakini secara dogmatis dan tanpa kritik, dan terhadapnya, orang yang terganggu beremosi atau bertindak sampai ia sendiri kalah”.
Teori A-B-C tentang Kepribadian
Teori A-B-C tentang kepribadian sangatlah penting bagi teori dan praktek TRE. A adalah keberadaan suatu fakta, suatu peristiwa, tingkah laku atau sikap seseorang. C adalah konsekuensi atau reaksi emosional seseorang ; reaksi ini bisa layak dan bisa pula tidak layak. A (peristiwa yang mengaktifkan) bukan penyebab timbulnya C (konsekuensi emosional). Alih-alih B, yaitu keyakinan individu tentang A, yang menjadi penyebab C, yakni reaksi emosional.
Tujuan-tujuan Terapeutik
Menurut Ellis, tujuan utama psikoterapis yang baik adalah menunjukkan kepada kliennya bahwa verbalisasi-vebalisasi diri mereka telah dan masih merupakan sumber utama dari gangguan-gangguan emosinal yang dialami oleh mereka.
Fungsi dan Peran Terapis
Aktivitas aktivitas terapeutik utama TRE dilaksanakan dengan satu maksud utama, yaitu : membantu klien untuk membebaskan diri dari gagasan-gagasan yang tidak logis dan untuk belajar gagasan-gagasan yang logis sebagai penggantinya.
Pengalaman Klien dalam Terapi
Pengalaman utama klien dalam TRE adalah mencapai pemahaman. TRE berasumsi bahwa pencapaian pemahaman emosional (emotional insight) oleh klien atas sumber-sumber gangguan yang dialaminya adalah bagian yang sangat penting dari proses terapeutik. Ellis mendefinisikan pemahaman emosional sebagai “mengetahui atau melihat penyebab-penyebab masalah dan bekerja, dengan keyakinan dan bersemangat, untuk menerapkan pengetahuan itu pada penyelesaian masalah-masalah tersebut”. Jadi, TRE menitikberatkan penafsiran sebagai suatu alat terapeutik.
 Ø  Contoh Kasus dari Albert Ellis
Seorang anak yang mengalami gangguan traumatik yaitu pada saat ia bermain api dirumahnya, ia tidak sengaja menumpahkan minyak goreng yang berada didekatkan, akibatnya anak tersebut ketakutan ketika api menyambar begitu besar ketika itu, anak itu pun menangis ketakutan, kebetulan dirumahnya sedang tidak ada orang, lalu rumah itu kebakaran dan anak tersebut sempat diselamatkan oleh para tetangga mereka yang dengan sigap mengevakuasi anak tersebut. Semenjak kejadian itu, anak tersebut mengibaratkan suatu api adalah hal yang menakutkan yang bisa menjadi bencana bagi dirinya dan keluarganya. Hal ini terus berlangsung sampai ia dewasa, ketika melihat api entah api kompor atau pun korek api, ia menjadi ketakutan dan berteriak untuk melarikan diri.
Ø  Penyelesaiannya
Dibutuhkan waktu untuk memperbaiki cara  berpikir irasionalnya. Mengubah cara berpikirnya yang sebelumnya irasional menjadi rasional tidaklah mudah. Yaitu dengan cara perlahan, kita memberitahukan bahwa api tidak sebahaya yang ia kira, namun kita harus tetap waspada dengan api, karena api pun bisa membawa malapetaka apabila kita lalai. Dengan tahapan-tahapan terapi, ia di coba untuk lebih memahami dari perilaku nya yang ketika melihat api berubah menjadi takut dan cemas. Ia harus di coba untuk membiasakan dirinya ketika melihat api. Sumbangan TRE lainnya adalah penekanannya pada peletakan pemahaman-pemahaman yang baru diperoleh ke dalam tindakan. Masalah tentang apa yang membentuk tingkah laku rasional disini merupakan intinya. Fakta bahwa terapis rasional memegang suatu posisi konfrontif meimbulkan bahaya-bahaya tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Goleman, D & Speeth, K.R.(1993).Essential Psikoterapi.Semarang : Dahara Prize.Corey, Gerald.(2007).Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi.Bandung : PT. Refika Aditama.Gunarsa,D.S.(1992).Konseling & Psikoterapi.Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia.